Reportase Filsafat Pendidikan #Pertemuan ke-3
MANUSIA
Diri manusia begitu
menarik untuk kita telaah bersama. Ada banyak fakta-fakta menarik yang tersembunyi
di dalamnya. Jika dilihat melalui pendekatan kosmologi, terdapat empat bagian
di dalam diri manusia yang perlu kita ketahui, yaitu Dzat, Sifat, Asma, dan
Af’al. Satu ungkapan yang menarik dari Ki Hajar Dewantara, bahwa “Manusia
sebagai titah Tuhan”. Titah Tuhan itu terdiri atas raga, jasmani, dan rohani.
Ada dua macam raga, yakni Raga Kasar dan Raga Halus. Raga Kasar adalah bentuk
tubuh kita, bentuk fisik kita. Sedangkan Raga Halus adalah apa yang ada di
dalam tubuh kita yang berkaitan dengan kerohanian. Jasmani dan rohani tidak
dapat dipisahkan (satu kesatuan).
Dzat adalah esensi dari
pokok secara fisik, secara dirimu. Diri sama
dengan dzat. Dalam diri terdapat Sifat, Asma, dan Af’al. Sifat adalah
substansi, Asma adalah realitas, dan Af’al adalah aksi atau tindakan.
Bila Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa “Manusia adalah titah Tuhan”, berbeda dengan Moh. Aniq yang
mengatakan bahwa “Manusia itu manifestasi
atau tajalli dari Tuhan”. Tuhan sebagai dzat bahwasanya Tuhan itu butuh
dikenali melalui ciptaan-Nya. Tuhan menciptakan alam, hewan, tumbuhan, serta
manusia. Citra Tuhan hadir melalui ciptaan/realitas yang diikutsertakan. Gerakan
Tuhan berada didalam gerakan manusia. Kita membayangkan Tuhan seperti apa
tergantung diri kita. Porsi berfikir Tuhan yang diberikan pada ciptaan-Nya juga
berbeda-beda. Cara untuk mendekati/ mengindahkan Tuhan berbeda-beda pula.
Setelah dzat,
selanjutnya adalah asma. Asma berdasarkan realita sudah terbendung di dalam
diri manusia itu. Tidak hanya membicarakan tentang nama seseorang itu tadi,
tapi realita yang membangun jati diri seseorang itu. Misalnya si A orang yang
sabar, maka asma nya = penyabar, tindakannya = bersabar. Misalnya orang itu
memiliki kebiasaan suka memberi, berarti asma nya = pemberi, mempunyai sifat memberi.
Untuk memberikan jati
diri dari citra tadi bisa dilihat dari sifat, asma, dan af’al. Berangkat dari
cara Tuhan menitipkan sifat/asma-asmaNya dalam diri manusia, misalnya
Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Contoh, Tuhan mempunyai asma Al-Qowi, dititipkan ke
manusia, tapi sifat dalam diri manusia itu tidak sama atau tidak bisa menyaingi
sifat sebenarnya dari Tuhan. Misalnya saja ada anak yang memiliki sifat
Al-Qowi, maka perlu ditangani dengan sifat Al-Mu’min.
Ilmunya Allah dituntut
menjadi sebuah realitas. Ilmullah (ilmu dari Allah) menjadi ilmumu
sendiri menjadi realitas sebenarnya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka”.
Allah itu tidak akan mengubah apa yang sudah diciptakan, nasib itu menjadi
bagian dari menu dalam kehidupan, tergantung kita yang memilih nasib tersebut
dan bagaimana cara kita mengelolanya.
Link terkait :
1. Dita Ihsaniah Putri (15120069)
2. Dwi Kurnia Ningsih(15120062)
3. Nofiana Ulfa (15120055)
4. Isna Zulfa (15120265)
5. Ika sofiana 15120299
6. azzah nurlaela (15120245)
7.yulanta ilham amalia 15120276
8. sri kartika asih (15120388)
9. Irma Anggraeni Aida (15120074)
10. Suci Yulianti Lestari (15120379)
11. Amalia Ayu Lestari (15120065)
12. Angilia Herli Lutfiyani (15120088)
13.
Abu Rizal Bakri (15120482)
14. Ika Arum Pujiastuti (15120268)
15. Yasinta Juwita Permatasari (15120071)
16. Feby Rohma Awalia (15120093)
17. Bayu kurniawan (15120057)
19. Sesty isdayanti (15120066)
20. Anita Tri Yuniarti (15120247)
21. Ardhita Dian Aslami (15120350)
22. Afif Zaenal (15120096)
23. Risha Ardhanty (15120079)
24. Taufik angga baskara (15120436)
25. Muhammad khoirul ulum(15120248)
26. Syaidiah Intan Ariani (15120112)
27. Andri sulastoto 084.
28.wahyu jati w 470
29. Nida Nur Fauziyyah (15120094)
30. Indra pramono (15120089)
Komentar
Posting Komentar